Rabu, 19 Desember 2012

IMAN PADA QADHA DAN QADHAR



1.      Pengertian Iman Kepada Qadha’ dan Qadar
Qadha’ adalah perkara yang Allah tetapkan pada makhluk-Nya dalam bentuk penciptaan, peniadaan atau perubahan sejak zaman azali. (ditetapkan dalam lauhul mahfudz, sebelum terciptanya langit dan bumi). Contohnya penciptaan manusia (Fathir ayat 11).
Qadar (takdir) adalah perkara yang Allah tetapkan sesuai ukuran atau kadar tertentu pada waktu terjadinya. Takdir dibedakan menjadi dua;
a.       Taqdir Mubram, yaitu ketentuan Allah swt yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah oleh manusia. Contohnya seperti jenis kelamin seseorang, sudah ditentukan oleh Allah dan tidak dapat diubah lagi.
b.      Taqdir Mu’allaq, yaitu taqdir yang di dalamnya terlibat usaha manusia. Misalnya seorang murid SMA bernama Adam, sudah beberapa semester ini nilainya selalu kurang, dan setelah orang tuanya menasehatinya agar belajar lebih giat maka Adam pun berusaha untuk memperbaiki nilainya dengan belajar keras, dan ternyata pada semester berikutnya ia pun mendapat nilai yang memuaskan.
Sebagai seorang yang beriman, menjadi sempurna imannya tatkala beriman pula kepada takdir yang telah Allah tentukan dan tetap berusaha menjadi makhluk-Nya yang paling beriman. Dengan cara menyempurnakan keimanan dengan mengimani keenam rukun iman tersebut, agar senantiasa dicintai Allah dan Rasul-Nya.
 2. dalil naqli


“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya [1053].” (Al-Furqon:2)

[1053] Maksudnya: segala sesuatu yang dijadikan Tuhan diberi-Nya perlengkapan-perlengkapan dan persiapan-persiapan, sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-masing dalam hidup.

إن الله صانع كل صانع وصنعته
“Sesungguhnya Allah pencipta setiap pelaku perbuatan dan perbuatannya” (HR. Al Baihaqi, Syu’abul Iman, No. 188. Dishahihkan Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah No. 1637, Al Hakim juga menshahihkan, dan disepakati Adz Dzahabi)



1.      Hikmah Iman kepada Qadha’ dan Qadar
a)      Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
Apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah yang artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

b)     Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada Qadha’ dan Qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa, karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
c)      Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firman Allah yang artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d)     Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada Qadha’ dan Qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar